Rabu, 05 Oktober 2011

KISAH CINTA YANG PALING SETIA

Ini adalah kisah cinta paling setia sepanjang sejarah, tidak dapat dibandingankan dengan kisah Qais dan Laila dan tidak pula kisah Romeo dan Juliet, karena kisah ini tidak hanya berakhir dengan pernikahan yang dianggap sebagai puncak kreasi cinta anak manusia, cinta yang sebenarnya adalah yang berkesinambungan, walaupun salah satu dari dua insan itu sudah meninggal, maka kisah cinta yang paling agung adalah kisah cinta junjungan kita Muhammad saw kepada ibunda Khadîjah.. cinta yang luar biasa, terus berlanjut hingga ibunda Khadîjah meningalkan dunia yang fana ini.
Setelah beliau meningal lebih kurang satu tahun, ada seorang perempuan yang datang menemui Nabi saw, dia berkata kepadanya: Wahai Rasulullah, maukah engkau menikah? Engkau mempunyai tujuh orang isteri dan kebutuhan yang selalu bertambah, dialah yang akan melakukan semua itu.. harus menikah, ini merupakan kebutuhan bagi laki-laki manapun, kalau tidaklah karena Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk menikahi beberapa orang isteri yang datang kepadanya setelah kepergian Khadîjah, niscaya dia tidak akan menikah lagi.
Junjungan kita ini menikah tidak seperti kebanyakan laki-laki, selain Khadîjah, setelah itu dia menikah karena tuntutan misi dakwah, namun dia tidak pernah melupakan Khadîjah untuk selama-lamanya, bahkan kisah kasihnya tidak pernah pudar, walaupun dia meninggalkannya selama empat belas tahun lebih dahulu.
Ketika penaklukan Makkah, banyak orang yang mengelilingi Rasulullah saw, semua orang Quraisy datang minta ma’af kepadanya, tiba-tiba saja beliau melihat seorang nenek yang sudah sangat tua datang dan ingin bertemu dengannya.. Rasulullah saw. meninggalkan rombongan manusia yang ada di sekelilingnya dan berdiri menyambut kedatangan sang nenek, dia ajak berbicara dan duduk disampingnya, melihat kejadian itu ‘Aisyah bertanya, siapa gerangan nenek tua itu, dan Rasulullah saw meluangkan waktu dan berbincang-bincang dengannya serta konsentrasi menghadapinya?
Rasulullah menjawab: “Ini adalah sahabat Khadîjah”.
‘Aisyah kembali bertanya: Apa yang engkau bicarakan dengannya Wahai Rasulullah?
Dia menjawab: “Kami membicakan hari-hari yang indah bersama Kahdîjah”.
Ketika itu timbullah rasa cemburu dalam diri ‘Aisyah, lalu dia berkata: Apakah engkau masih mengingat-ingat orang yang sudah tua dan sudah menjadi tanah itu, sementara Allah telah memberikan ganti untuk engkau dengan yang lebih baik?
Maka Nabi menjawab: “Demi Allah, Allah tidak pernah menggantinya dengan seorang perempuan yang lebih baik darinya.. dia banyak memberikan bantuan moral dan material, dia melindungi aku, ketika penduduk Makkah ini mengusirku, dia membenarkan aku ketika manusia mendustakan aku”.
‘Aisyah merasa bahwa Rasulullah agak marah, lalu dia berkata: Minta ampunkanlah aku kepada Allah wahai Rasulullah.
Maka Nabi menjawab: “Minta ampunkanlah bagi Khadîjah, baru aku akan memintakan ampun bagimu”. (HR. BUkhârî).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar